Uncategorized

Berbagi Pengalaman Kurang Menyenangkan Di Bandara Adisucipto – Yogyakarta

Selamat Pagi..
Beberapa hari ini mengalami hari yang seru, dan didominasi dengan pesanan baju pesta dari sebuah keluarga yang berakhir magic banget.. Tapi untuk yang ini akan dibahas kemudian. Bedain aja yah..
Kali ini mau berbagi pengalaman mengenai pengalaman buruk yang saya alami di Bandara Adisucipto Yogyakarta. Saya lahir dan besar di Yogyakarta, berangkat dari sini tentunya ada kebanggaan tersendiri bagaimana kota kelahiran saya akhirnya memiliki bandara dengan 2 terminal, jadi lebih besar kan ya. Plus.. lokasi rumah yang cukup dekat dengan airport tentunya bisa mempermudah perjalanan saya untuk menjangkaunya.

Tetapi.. semuanya pasti tidak ada yang sempurna. Itu pasti. Termasuk saya juga jaaaaauh dari sempurna. Namun adanya saran dan kritik semoga bisa memberikan pertimbangan yang baik.

1. Pengenalan Terminal B

Saya pribadi Sudah dengar jauh-jauh hari mengenai terminal B internasional ini. Namun dimana letak posisinya secara pasti dan dalam benak saya hanya perjalanan ke luar negeri saja yang berangkat dari sana, membuat saya tetap pergi ke terminal A ketika saya terbang dengan Air Asia ke Jakarta.

Dengan percaya diri melangkah dari turun kendaraan ke pintu masuk kedatangan. Dan ketika menunjukkan tiket, petugas memberi tahu “oh air asia tidak di sini tetapi di terminal B”

Saya “Dimana ya itu Pak?”

Petugas, “Berjalan ke arah sana saja dan ikuti petunjuk. Kira2 200m ya”

Bengong. Okelah.. saya coba ikuti. Dan alih-alih jalan ke Terminal B dari Terminal A adalah melalui jalan yang teduh, ini adalah jalan luar. Ada atap sedikit semacam tritis untuk pedastrian. Tetapi jalanannya konblok semacam trotoar.

Terbayang bagaimana perjalanan ke terminal B dari terminal A ketika waktu menunjukkan jam12 siang dan kamu membawa 1 ransel, 1koper dan 1 hand carry? itu amazing.

Itu bukan apa-apa, bersamaan dengan saya, saya lihat ada sebuah keluarga (bapak-ibu dan 3 anak kecil) beserta bawaan yang cukup banyak, ada beberapa koper dan hand carry, yang diletakkan dalam troli, begitu menuju ke jalan ke Terminal B langsung termangu. Saya paham bagaimana shocknya tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu.

Kami melihat ada shuttle dengan mobil seperti yang saya jumpai di changi dan KLIA, tapi.. tidak ada drivernya. Dan tidak ada informasi atau waktu yang cukup untuk mencari tahu. Ketika bertanya pada yang terdekat yaitu sopir taksi jawabannya adalah “Pakai Taksi saya 40ribu saja yuk mbak”

hehe.. amazing banget!

Saya coba telepon Ibu dan beliau masih di parkiran, jadinya langsung menjemput saya dan mengantarkan ke Terminal B yang (okelah) cuma 200m tapi saya memilih manja saja, minta anter ibu.

Saat menunggu Ibu saya melihat ada spanduk besar di sisi utara jalan yang menjelaskan keberadaan terminal B dan apa saja maskapai yang ada di Terminal A dan Terminal B. Tetapi fyi, itu berada di sisi keluar mobil dari airport.. jadi.. penumpang pesawat Air Asia tujuan domestik tentunya akan tetap masuk dan didrop di terminal A, dan pengantarnya akan keluar dari airport dan baru membaca itu. Tidak apa jika pengantarnya adalah pihak keluarga, kalau itu kendaraan umum pastilah hanya bisa berkomentar “wah orang tadi salah terminal nih kasihan” 😅

Untuk kondisi ini saya mencoba memaklumi pihak Bandara Adisucipto, pastinya ada birokrasi dan proses yang harus ditempuh untuk memperbaiki semuanya. Semoga.. segera ya 🙂

Jadi bagi teman-teman yang belum tahu, terminal B itu ada di sebelah barat (kanan ketika kamu menghadap ke airport) sekitar 200m. Jika kamu memilih penerbangan domestik dengan maskapai Air Asia, itu akan berangkat dari terminal B yah.. Sebuah terminal baru yang sudah modern.

2. Terminal B

Di luar sedikit kekesalan di point 1, ada hikmah yang bisa dipetik. Saya bisa merasakan terminal B tanpa harus terbang ke luar negeri dulu, karena seringnya ke luar negeri dari bandara Soekarno-Hatta.

Terminal B memiliki bangunan yamg modern. Begitu masuk dan melewati pemeriksaan pertama, lurus aja tidak jauh dari situ akan ada jasa wrapping. Lurus kemudian sudah terlihat check-in counternya.

Selepas Check in kalau kamu tidak yakin harus menuju kemana, coba bertanya aja saat menerima boarding pass, “dimana kah ruang tunggunya?”

Positive thinking saja, pastinya petugas bukannya tidak informatif tetapi mengira kamu sudah sering kesitu, untuk itulah ada petugas kan? selain untuk menjaga juga jadi tempat bertanya.

Dari check in counter, kamu bisa balik kanan dan melewati wrapping tadi lalu langsung menjumpai pemeriksaan selanjutnya untuk menuju lounge.

Petugasnya ramah dan lebih banyak senyum di sini, menyenangkan. Lalu saya masuk dan menemui ada beberapa restoran di dalam juga tempat membeli oleh-oleh. Juga ada banyak kursi tunggu yang panjang.. di depan toko oleh2.
Tapi.. sayang banget.. di atas kursi itu banyak sampah. seperti botol bekas gelas minum, bungkus makanan, dan plastik. Tempat sampah? ada.. memang tidak di sebelah kursi persis sih, yakalik ditaruh deket kursi persis kan bau ya kalo ada sampah. jadi udah bener tempat sampahnya di ujung arah ke lounge besar.

Teman-teman, jika kamu mengalami hal yang sama, misalkan: begitu masuk bandara kamu lapar dan jajan, yuk bungkusnya dibawa jangan sampai menuhin kursi. Kasihan kan yang datang selanjutnya masak harus buangin sisa makanan kita? Pasti ada tempat sampah kok, mungkin hanya belum terlihat mata saja saat itu tapi jalan beberapa langkah pasti ada tempat sampah.

Itu tanggung jawab petugas kebersihan? Oh iya benar.. tapi.. mereka mungkin punya jam kerja jadi gak sewaktu-waktu standby. Di luar kesalahan itu sebaiknya kita juga tanggung jawab aja sama apa yg kita makan. Betul..?

Nah ..

Melanjutkan dari sini lurus saja sudah terlihat ruang tunggu yang luas dengan playground juga di tengah. Jadi kalau kamu bawa anak kecil, inshaAllah mereka enggak akan kesepian dan bosan menunggu penerbangan.

3. Pengalaman Jatuh terpeleset di terminal A

Suatu pagi di hari minggu, saya harus terbang ke Jakarta untuk persiapan IKKON bekraf. Yogyakarta hujan sejak semalam kala itu. Membuat turunan di drop off bandara licin. Saya menebak itu memang licin, saat menggendong carier, untuk mengambil trolley, masih aman. Tidak jatuh. Namun ketika saya kembali keluar untuk pamitan ke ibu.. langsung jatuh duduk. Itu sakit banget!

Bete pasti. Tapi lebih ke kaget dan kuatir bagaimana kondisi badan karena saat itu tidak bisa bangun sendiri. Waktu menunjukkan jam5.10am. masih terlalu pagi, bahkan yang menolong tidak banyak, Ibu hanya bisa teriak dari jauh karena saat itu kondisi kaki ibu saya sedang kurang baik.

Perihal ini, saya sudah mengisi form keluhan. Sebagai salah satu catatan kalau saya jatuh hari itu (semoga tidak ada apa-apa) tapi seandainya terjadi sesuatu, saya bisa menuntut pertanggung jawaban.

Hati-hari dimanapun berada teman-teman .. karena segala macam halangan bisa terjadi, kita yang harus lebih peka.

3 hari berlalu. Tulang belakang dan tulang ekor masih perlu dikompres dengan alkohol. alhamdulillaah kata dokter kemarin ini cuma shock saja. Tapi kalau sakit berlanjut harus kembali.

Saya lahir dan besar di Jogja, sekali lagi, karenanya berdoa banget dan berharap banget bandara bisa jauh lebih baik pelayanannya.. Tetap ramah dan menjaga kami para penumpang. Maklum akan cuaca dan keterbatasan tenaga kala subuh masih bisa dimaafkan kali ini dan semoga tidak terulang lagi. Bagian kebersihan mungkin bisa dikoordinir untuk mendahulukan penanganan titik-titik yang licin kala hujan.

Semoga tulisan ini dapat dilihat sebagai masukan positif bagi bandara Adisucipto, tanpa bermaksud untuk menjelekkan, karena tulisan saya tidak hanya memberi kritik, melainkan memberikan saran juga. Semoga bermanfaat.. mari kita jaga bersama kenyamanan fasilitas umum 🙂 memulai segala sesuatu ya g baik dari diri sendiri, untuk Indonesia yang lebih baik..

Terima kasih sudah mampir, teman2.. segala sesuatunya pasti ada hikmahnya.
Have a great day!

Salam,

Sofia

Comments are closed.